Jumat, 30 Maret 2012

Ekonomi Bisnis

PUJI SRI RAHAYU
15210413
2EA03
SOFTSKILL BAHASA INGGRIS SEMESTER 2


Terpicu Spekulasi Rencana Kenaikan Harga BBM
ANTARA


JAKARTA – Belarut-larutnya pembahasan APBN-P 2012 yang isinya salah satunya menyangkut kebijakan pemerintah terhadap besaran subsidi energi khususnya bahan bakar minyak (BBM) premium menimbulkan multitafsir pasar. Dalam kondisi ketidakpastian ini, membuat produsen ingin mengamankan dirinya sehingga mencoba melepas dengan harga lebih tinggi kepada konsumen.

Kenaikan rata-rata inilah, yang memberikan kontribusi besar terkereknya laju inflasi pada Maret 2012. Bahkan, diprediksikan inflasi pada tahun ini bisa mencapai diatas 7 persen karena impact dari kenaikan harga BBM berssubsidi dan faktor seasonal yang akan terjadi di awal semester II-2012.

Pengamat Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latief Adam memprediksikan, apabila per 1 April BBM premium dinaikkan akan membawa dampak dalam 6 bulan, dan puncaknya terjadi pada 3 bulan pertama. Walau nanti pada medio Juni-September dampak inflasi ini mulai mereda, masyarakat sudah dihadapkan kembali dengan faktor seasonal yang akan mengerek inflasi lebih tinggi.

"Bulan Juli-Agustus dampak dari BBM cenderung menurun tapi disisi lain ada faktor seasonal yaitu puasa dan lebaran, sehingga puncak inflasi pada tahun ini akan terjadi di bulan tersebut bisa lebih dari 1 persen karena tanpa adanya kenaikan BBM inflasi bulan-bulan tersebut bisa mencapai 1 persen," tuturnya.

Oleh karena itu, jika memperhitungkan berbagai kemungkinan yang terjadi pada tahun ini maka Latief Adam memperkirakan laju inflasi sepanjang tahun ini bisa lebih dari 7 persen. Angka ini lebih tinggi dari target pemerintah dalam APBN-P sebesar 6,8 persen.

"Karena ini kan akumulatif artinya faktor nya bukan hanya dari BBM saja tetapi juga dari depresiasi rupiah yang mempengaruhi sektor industri,"jelasnya.

Tidak hanya itu, yang perlu diperhitungkan dengan beberapa kebijakan pemerintah pada tahun ini. Salah satunya dengan menaikan HPP di dalam negeri ataupun mengimpor beras yang akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga pangan. "Jadi ada faktor-faktor lain yang akan mengerek inflasi lebih tinggi selain kenaikan harga BBM,"terangnya.

Senada dengan Latief, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi akan berlangsung selama 3-4 bulan kedepan. Setelah itu, akan kembali naik dengan adanya faktor seasonal bulan puasa dan lebaran, dimana akan mengerek laju inflasi lebih tinggi karena harga komoditas melonjak akibat demand yang cukup besar.

"Di bulan Juni itu dampak bersihnya peningkatan BBM setelah itu, relatif turun akan tetapi ada puasa di bulan Juli secara historikal akan meningkatkan inflasi, akibatnya dengan adanya kenaikan harga BBM 1.500 rupiah dan faktor-faktor lainnya maka akan mengerek inflasi sebesar 7 persen,"urainya.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) optimistis dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap kenaikan inflasi hanya beberapa bulan saja. Setelah itu, angka inflasi akan lebih dipengaruhi banyak faktor. "Hitungan kita itu 4,4 persen (inflasi) kalau enggak ada apa-apa. Kalau ada ya 6,8-7,1 persen. Sebenarnya kalau inflasi kita secara di luar yang diatur harganya (administered price) itu rendah,"ujar Gubernur BI Darmin Nasution.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman masa lalu keputusan menaikkan harga BBM bersubsidi, pengaruhnya hanya beberapa bulan. "Setelah itu reda," tambahnya. Darmin menambahkan, inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi hanya tinggi beberapa bulan. Setelah itu, inflasi kembali akan terjaga sehingga Bank Sentral optimistis, inflasi tahunan akan berada di 6,8-7,1 persen. "Harus kita perhatikan betul adalah jangan sampai kenaikan harga BBM lampaui kenaikan inflasi seharusnya karena spekulasi,"pungkasnya.

fia/E-12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar