Sabtu, 16 April 2011

Analisis Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional di sekitar kita

Analisis Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional di sekitar kita

Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.
Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.
Perbedaan pasar modern dan pasar tradisional

Memang pasar modern maupun pasar tradisional, sama-sama merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Namun kedua pasar tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari mutu pelayanannya serta pendistribusiannya.
Kalau pasar modern mengutamakan pelayanan yang menyenangkan, bangunannya baik, tempatnya nyaman segala kebutuhan pembeli diperhatikan, mulai dari parkir dan sarana lain, namun pembeli tidak perlu berinteraksi dengan penjual, sehingga komunikasi sosial tidak terjadi.

Apabila dilihat pendistribusiannya, pasar modern tidak langsung dalam arti produsen dan konsumen tidak saling mengenal. Sedangkan yang melayani sekedar sebagai penjaga yang tidak mempunyai akses menentukan harga, sedangkan konsumen tidak membutuhkan kontak langsung dengan penjual, sehingga tidak terjadi kontak sosial antara pembeli dan penjual apalagi dengan produsen.
Di dalam pasar tradisional sebagian besar sebagai pasar eceran (retail), di mana pembeli mencari barang sesuai kebutuhan sendiri. Sedangkan pasar modern diidentikkan sebagai pasar grosir, pembeli membeli barang dalam partai besar karena akan dijual lagi.
Namun kenyataan berubah. Saat ini telah banyak yang dirancang sebagai pasar grosir, juga berdagang layaknya pasar eceran (retail), Nampaknya perdagangan eceran dan grosir sudah sulit dipisahkan, sehingga segmentasi pembeli pada pasar tradisional dan pasar modern sudah bercampur baur, tidak lagi pasar modern diidentikan dengan pembeli golongan menengah ke atas, sedangkan pasar tradisional golongan menengah ke bawah.

sebelum adanya pasar modern, pasar tradisional merupakan urat nadi perekonomian rakyat, baik yang ada di kota maupun di pedesaan.
emang pasar tradisional terkesan penuh dengan kesemrawutan, mulai tata letak, sirkulasi pengunjung, bentuk dasaran barang sampai pada drainase dan lalu lintas di luar pasar maupun di dalam pasar, namun di situlah tertumpu ekonomi rakyat banyak, selain pedagang, juga kuli angkut, tukang parkir, ojek pedagang makanan yang berkeliling dsb.
Keberadaan pasar tradisional, terutama di daerah pedesaan, masih menyimpan esensi sebagai gambaran khas kearifannya, di mana pasar tradisional dapat menyuguhkan suasana lalu lalang pengunjung mencari barang yang lebih murah harganya dibanding dengan pedagang yang lain, pembeli pun dapat duduk membaur di antara pedagang tanpa ada pembatas, sehingga semua dapat serba hidup, saling memberi dan menerima sejajar pada posisi yang sama derajat.

Proses jual beli terjadi secara interaktif, harga bukan hal yang pasti, keuntungan bukan menjadi tujuan utama, tetapi kebersamaan menyertainya.
Komunikasi dan interaksi sosial terjalin dengan sendirinya, suasana keakraban antara penjual dan pembeli terwuju
Di era sekarang ini pasar bersifat dinamis, lebih-lebih arus urbanisasi ke kota makin menjadi-jadi, mendorong kegiatan ekonomi menjadi lebih besar lagi. Umumnya dampak dari kegiatan ekonomi yang meningkat tadi, mendorong sebagian besar orang mengutamakan kegiatan ekonomi, mengabaikan yang lain.
Bahkan tata kota juga berubah drastis sehingga menimbulkan konflik memperebutkan tata ruang kota antara kepentingan bisnis dan sosial, yang biasanya dimenangkan kepentingan bisnis walaupun yang menarik keuntungan lebih kecil dibanding dengan kepentingan sosial.
Yang lebih memprihatinkan lagi, apabila memunculkan konotasi negatif terhadap keberadaan pasar tradisional.
Dengan bermunculannya pasar modern tadi, sebenarnya dapat dilihat kemauan dan perilaku masyarakat yang ada pada saat ini, kenyamanan, keamanan, keteraturan serta interaksi sosial masih merupakan dambaan segenap masyarakat.
Harus di akui kondisi pasar tradisional kian terdesak oleh keberadaan Pasar Modern, pihak berwenang khususnya pemerintah baik pusat maupun daerah yang semestinya memberikan proteksi agar invasi pasar modern tidak terus meluas seakan tak berdaya dengan aliran keuntungan yang ditawarkan. Hierarki Pasar modern dari kelas Hypermarket, Supermarket, Department store hingga Mini market semakin mengepung keberadaan pasar tradisional. Bahkan Indomaret dan Alfamart yang mengembangkan format convient store head to head bertarung dengan warung-warung tradisional disekitar pemukiman penduduk.

Meski telah banyak pasar tradisional yang direnovasi untuk menghilangkan imej kumuh dan kotor, namun tetap saja posisi pasar tradisional tetap tersudutkan oleh pertumbuhan pesat pasar modern.
“ Akankah kondisi pasar tradisional di kota-kota besar Indonesia akan mengalami hal tragis, hampir punah seperti yang dialami kota Bangkok di Thailand”???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar